PRESTASI, DEDIKASI, DISIPLIN, LOYALITAS DAN TIDAK
TERCELA
PRESTASI
Muray dalam
Beck (1990 : 290) mendefinisikan prestasi sebagai berikut :
“To overcome obstacle, to exercise
power, to strive to do something difficult as well and as quickly as possible”
“Kebutuhan
untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan
sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin”.
Prestasi
adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne
(1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu
: kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan
keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil
belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Prestasi
merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau
periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini
adalah hasil yang telah dicapai dalam proses pembelajaran.
DEDIKASI
Sebenarnya apa arti dedikasi yang sebenarnya, mari
kita lacak asal-usul kata “dedikasi”. Ternyata ia berakar dari bahasa Latin dedicatio,
menyatakan, mengumumkan. Tatkala seseorang menenggelamkan diri (immerse
oneself) dalam suatu sikap yang tulus pada satu subyek yang dianggap baik
dengan kondisi khidmat, itulah maksud awalnya. Merujuk bahasa aslinya, ia
terkait dengan altar, candi, tempat pemujaan, dimana orang menundukkan diri
pada yang sakral. Dalam perkembangannya ia juga bermakna, ketika seseorang
mempatronkan diri dan mendukung penuh sosok tertentu, dengan penuh “kasih
sayang” (affection) dan penghormatan. Dalam kamus bahasa Inggris, dedicate
artinya mempersembahkan atau membaktikan. Dan dalam bahasa kita, pengertian
umum tentang dedikasi, terkait dengan hal-ihwal dharma-bhakti.
Bila ada seseorang yang serius mengurus organisasi,
dan semua orang tahu bahwa ia nothing to loose (tidak akan goyah), maka
orang itu telah menunjukkan dharma- bhakti-nya yang luar biasa. Ia “setia” pada
pekerjaan dan almamaternya. Dalam kasus para guru-bantu yang belakangan sering
melakukan demonstrasi supaya diangkat “derajatnya” itu, mereka telah
men-dharma-bhakti-kan tenaga dan pikirannya selama bertahun-tahun dengan
imbalan sekedarnya. Atau, mungkin kalau seseorang setia pada profesinya, maka
ia adalah seorang yang berdedikasi. Misalnya sastrawan kita Taufiq Ismail yang
konsisten dengan kepenyairannya. Atau seorang tukang sapu jalanan yang nyaris
pekerjannya sejak muda cuma itu saja.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
dedikasi adalah kunci menuju kesuksesan, dedikasi melibatkan
kesabaran(patience), keuletan(persistence), dan kerja keras(hard-work). Sejarah
mencatat, orang-orang yang berdedikasi pada suatu hal merupakan orang-orang
yang berhasil menorehkan tinta emas dalam sejarah. Dedikasi adalah:
- Memberikan banyak waktu, energi, dll untuk sebuah aktivitas karena berfikiran hal itu adalah penting.
- Menulis nama seseorang pada permulaan dari sebuah buku sebagai tanda persahabatan atau penghormatan.
Bola lampu mungkin tidak akan ada hingga saat ini jika
Thomas Alva Edison menyerah di tengah jalan ketika bereksperimen, Microsoft
saat ini tidak akan kalang kabut menghadapi invasi Linux jika Linus Torvalds
masih merasa nyaman menggunakan Unix dan tidak mempunyai inisiatif membuat OS
sendiri, dan Anda tidak akan bisa membaca tulisan ini jika tidak berdedikasi
untuk belajar membaca ketika kecil dulu.
Tidak ada yang tidak bisa diraih di dunia ini, namun
sebanyak apa pencapaian kita akan suatu hal tergantung pada seberapa besar
usaha kita untuk meraihnya. Untuk mendapatkan sesuatu kita harus berani
mengorbankan sesuatu pula.
Bagi saya, sangat susah untuk berdedikasi pada suatu
hal..ada saja rasa penasaran dan ingin tahu untuk mengetahui semuanya, untuk
berkonsentrasi pada suatu hal dan menghadapi rasa bosan akan suatu hal sudah
merupakan hal yang sampai saat ini tidak bisa saya lakukan.
Hidup ini memang penuh dengan pilihan, Anda tinggal
memilih “luas tapi dangkal atau sempit tapi dalam”. Namun tetap saja ada
anomali di dunia ini, dimana bisa saja ditemukan orang-orang dengan kemampuan
yang banyak dan mendalami semua kemampuannya itu.
Disiplin
A. Apakah
Disiplin Diri itu ?
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, Disiplin berarti
melatih batin dan watak supaya perbuatannya menaati tata tertib. Disiplin diri
berarti melatih diri melakukan segala sesuatu dengan tertib dan teratur secara
berkesinambungan untuk meraih impian dan tujuan yang ingin dicapai dalam hidup.
B. Mengapa kita perlu disiplin ?
Disiplin diri akan terasa manfaatnya jika kita
memiliki suatu impian dan cita – cita yang ingin dicapai. Kita harus
mendisiplinkan ( melatih ) diri untuk mengerjakan hal – hal yang sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, di dunia ini dibuat peraturan –
peraturan yang disertai hukuman yang setimpal. Hal ini tidak lain agar setiap
manusia mau belajar hidup disiplin dan menaati aturan yang ada sehingga dunia
tidak kacau balau dan seseorang tidak dapat berbuat sekehendak hatinya.
C. Mengapa disiplin itu sulit ?
Kebiasaan yang kita lakukan akan menentukan masa depan
kita. Kebiasaan yang baik akan menghasilkan sesuatu yang baik, begitupun
sebaliknya, namun untuk membiasakan kebiasaan baik itu tidak mudah. Mengapa
demikian ?
- Manusia memiliki sifat – sifat mendasar seperti : cenderung bermalas -malasan, ingin hidup seenaknya mengikuti keinginan hatinya dan keinginan untuk melanggar peraturan – peraturan yang ada.
- Kita selalu menganggap pekerjaan sebagai suatu kewajiban apapun beban yang harus dilakukan, bukan sebagai kesenangan. Pepatah mengatakan “ kita akan lebih mudah menerapkan disiplin diri jika kita mencintai apa yang kita kerjakan ”.
- Manusia cenderung cepat bosan jika melakukan kegiatan yang sama dalam jangka waktu lama.
Tips untuk dapat hidup dengan
disiplin, dengan cara :
- Kalahkan diri sendiri.
- Lakukan kegiatan selingan sesekali di luar rutinitas.
- Fokuskan fikiran pada tujuan akhir yang ingin dicapai.
Tips untuk meningkatkan disiplin diri, dengan cara :
- Tetapkan tujuan atau target yang ingin dicapai dalam waktu dekat.
- Buat urutan prioritas hal – hal yang ingin kita lakukan.
- Buat jadwal kegiatan secara tertulis.
- Lakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang kita buat, tetapi jangan terlalu kaku.
- Berusahalah untuk selalu dsiplin dengan jadwal program kegiatan yang sudah kita susun sendiri.
Disiplin diri merupakan suatu siklus kebiasaan yang
kita lakukan secara berulang – ulang dan terus menerus secara berkesinambungan
sehingga menjadi suatu hal yang biasa kita lakukan. Disiplin diri dalam
melakukan suatu tindakan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan
akan manjadi suatu kebiasaan yang mengarah pada tercapainya keunggulan. Keunggulan
membuat kita memiliki kelebihan yang dapat kita gunakan untuk meraih
tujuan hidup yang menentukan masa depan kita.
Akhir kata, setelah kita semua mendapat materi ini
diharapkan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar apa yang
menjadi tujuan kita dapat tercapai. Satu hal penting, sebelum kita melakukan
sesuatu itu terlebih dahulu tetapkanlah tujuan atau target dan tidak menunda
sampai situasi sempurna.
Karena secara tidak langsung kita telah menyimpannya
di alam bawah sadar. Dan otomatis setiap tindakan yang akan kita lakukan
selaras dengan apa yang telah kita simpan itu. “ not only what you see is
what you get, but also what you think is what you get” . Kemudian lakukan
terus dengan disiplin sehingga kita mendapatkan apa yang kita inginkan.
Loyalitas
Kata dasarnya “loyal”. Loyalty is faithfulness or a devotion to a person or cause. Makna umumnya di sini kesetiaan atau kepatuhan. Patuh pada sosok atau sistem alias aturan? Organisasi modern mengkondisikan loyalitas pada aturan, bukan person. Tetapi pada praktiknya loyalitas selalu disimpangkan sebagai kesetiaan pada person. Dalam politik setia pada person yang berposisi sebagai patron itu wajar-wajar saja. Dalam suatu model persaingan politik yang zero sum game, faksi-faksi politik mengerucut pada loyalitas person. Konsekuensinya, tatkala person tertentu yang unggul, maka “rombongannya” ikut “selamat”. Kalau kalah, “diberantas”, kecuali apa yang kerap diistilahkan “berkaki dua” atau “main mata” sejak awal, atau seperti istilah yang dipopulerkan juga media massa “menjadi brutus”. Apakah pemimpin butuh loyalitas anak-buah? Pastinya. Dalam soal loyalitas, pemimpin sekaliber Nelson Mandela pun mengaku mengharapkannya. Tetapi, ia tidak terlampau terobsesi dengannya. Katanya, “people act in their own interest.” Benar. Itu alamiah. Ia tidak percaya bahwa daya pesona saja mampu membuat mereka patuh. Yang penting membuat mereka percaya atas kepemimpinan kita. Jadi loyalitas, terkait dengan kualitas kepengikutan (follower) dan artinya kepemimpinan. Jadi, apa loyalitas itu?
Arti Loyalitas dan
Implementasinya Dalam Suatu Organisasi
Organisasi merupakan
wadah/sarana bagi suatu kelompok individu yang minimal punya suatu kesamaan
visi dan misi. Satu hal penting yang sangat diperlukan oleh sebuah organisasi
untuk mempertahankan keberadaannya adalah loyalitas dan kebersamaan dari
anggotanya. Loyalitas erat kaitannya dengan kesetiaan. Seorang anggota yang
memiliki loyalitas terhadap organisasinya memiliki kesadaran pribadi untuk
memanfaatkan semua potensi yang ada dalam dirinya demi kemajuan organisasi.
Loyalitas dapat
diartikan tekad dan kesanggupan menaati, melaksanakan, dan mengamalkan sesuatu
dengan disertai penuh kesadaran dan tanggung jawab. Tekad dan kesanggupan
tersebut harus dibuktikan dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari serta dalam
pelaksanaan tugas. Loyalitas anggota terhadap organisasi memiliki makna
kesediaan seseorang untuk melenggangkan hubungannya dengan organisasi, kalau
perlu mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apapun.
Loyalitas anggota
memegang peranan krusial dalam jalannya organisasi. Tata aturan yang sempurna,
program kerja yang brilian, tanpa disertai dengan loyalitas para eksekutornya
adalah hal yang sia-sia. Secara lebih riil, anggota tersebut akan menaati
segala bentuk tata tertib yang berlaku, mendukung program kerja dengan
mengikutsertakan diri sebagai partisipan aktif. Bahkan menjadi pengurus/kreator
ide-ide penting untuk membangun organisasi dari dalam.
Loyalitas yang dimilki
oleh setiap organisator juga berpengaruh pada kelanjutan suatu organisasi
dalam melaju pada rel visi dan misi. Jika suatu organisasi sudah melenceng dari
jalur visi dan misi yang ada, besar kemungkina bahwa rasa loyalitas yang
dimilki oleh para anggotanya telah kropos dan lapuk. Karena jika memang
loyalitas benar-benar ada pada setiap anggota, tidak mungkin mereka akan membiarkan
dan bahkan membawa organisasi tersebut ke arah yang menyimpang dari rel visi
dan misi.
Hal yang tidak kalah
penting adalah kebersamaan dan komitmen antara anggota dalam suatu organisasi.
Dalam kenyataannya, pelaksanaan program kerja sebagai bentuk realisasi visi
organisasi tidak semua anggota memiliki kesamaan sistem kerja berdampak buruk
bagi kelangsungan organisasi itu sendiri. Hal ini disebabkan terutama karena
anggota yang mengikuti suatu organisasi tidak berniat secara penuh untuk
mendedikasikan dirinya untuk kelangsungan organisasi, mereka hanya ingin
mengambil manfaat yang mereka anggap berguna bagi mereka. Singkat kata, mereka
hanya aktif mengikuti kegiatan yang mereka inginkan.
Komitmen organisasi
tidak kalah pentingnay. Komitmen dapat diartikan sebuah ikatan emosional yang
meliputi keterlibatan dalam suatu organisasi dan mempunyai keinginan untuk
menggunakan upaya yang tinggi demi mencapai tujuan organisasi. Komitmen
organisasi dapat tumbuh manakala harapan kerja terpenuhi oleh organisasi, dengan
adanya harapan kerja yang terpenuhi maka akan timbul kepuasan kerja, sehingga
komitmen dapat berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja anggota. Komitmen
terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar loyalitas atau ketaatan
keanggotaan biasa dan pasif, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan
kesediaan untuk mengusahakan pada tingkat daya upaya yang tinggi bagi
kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan.
Implemetasi yang
terwujud dalam bentuk loyalitas anggota terhadap organisasi, dapat dilakukan
dengan memasukkan kebutuhan dan keinginan anggota dalam tujuan organisasi.
Dengan demikian akan menimbulkan suasana saling mendukung diantara para anggota
dengan organisasi. Sehingga akan membuat anggota dengan rela menyumbangkan
sesuatu bagi tercapainya tujuan organisasi, karena anggota memahami tujuan
organisasi yang dipercayai telah disusun demi memenuhi kebutuhan pribadi mereka
pula.
Nilai subtansi dari
sebuah organisasi adalah bukan pada masa kejayaan yang pernah diraihnya. Namun
lebih dari itu, organisasi akan lebih mempunyai ‘harga’ jika organisasi
tersebut bisa mengantarkan para anggotanya ke arah visi dan misinya dan
berhasil menanamkan rasa loyalitas tinggi pada jiwa setiap anggotanya.
Sehingga dari itu semua, organisasi tadi benar-benar mampu mempertahankan
eksistensinya meskipun banyak rintangan yang dihadapi.
Nasib organisasi
tersebut ke depannya akan ditentukan oleh tingkat loyalitas anggotanya. Apabila
anggota merasa “malas” maka untuk merealisasikan program kerja organisasi akan
terasa sangat sulit. Tidak lain alasan dari itu semua adalah karena kurangnya
rasa memiliki oleh setiap anggotanya. Ya, dari sini penulis kembali
menyatakan bahwa loyalitas amat sangat berarti bagi eksistensi sebuah
organisasi. Loyalitas ibarat ruh bagi organisasi. Dan tentunya, tanpa ruh,
sebuah organisasi tak akan mampu bernafas lebih lama, yang akhirnya berakibat
dan berujung pada ‘matinya’ organisasi tersebut
Tidak Tercela
A. Pengertian Akhlak Buruk
Pengertian
ahklaq buruk dapat dibagi menjadi 3(tiga) yaitu;
1. Perbuatan buruk adalah perbuatan
yang menurut hati nurani atau kekuatan batin dipandang buruk.
2. Perbuatan buruk ialah pekerjaan atau
perbuatan yang tidak berguna.
3. Perbuatan buruk adalah perbuatan
yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Quraish Shihab mengatakan bahwa kebajikan lebih dahulu menghiasi diri manusia
daripada kejahatan dan bahwa pada dasarnya manusia cendrung kepada kebajikan.[1]
Dengan
demikian akhlak buruk adalak suatu perbuatan yang tidak sesuai dengan hati nurani
dan norma-norma serta aturan yang telah Allah tetapkan. Yakni bertentangan
dengan Al-Qur’an wa Sunnah.
B. Akhlak-Akhlak Tercela (AL-Akhlak
AL-Madzmumah)
Hidup
manusia terkadang mengarah kepada kesempurnaan jiwa dan kesuciannya,tapi kadang
pula mengarah kepada keburukan.hal tersebut bergantung kepada beberapa hal yang
mempengaruhinya.Menurut Ahmad Amin, keburukan akhlak(dosa dan
kejahatan)disebabkan karena’’kesempitan pandangan dan pengalamannya,serta
besarnya ego’’.[2] Menurut iman Ghazali,akhlak yang ter cela
ini dikenal dengan sifat-sifat muhlikat,yakni segala tingkah laku
manusia yang dapat membawanya kepada kebinasaan dan kehancuran diri,yang tentu
saja bertentangan dengan fitrahnya untuk selalu mengarah kepada kebaikan.[3] Al-Ghazali menerangkan empat(4)hal
yang mendorong manusia melakukan
Perbuatan yang tercela(maksiat),di
antaranya;
1. Dunia dan isinya.
2. Manusia.
3. Setan(iblis).
4. Nafsu. Nafsu ada yang baik dan
buruk,akan tetapi nafsu cendrung mengarah kepada keburukan.[4] Perbuatan yang tercela dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu;
1. Maksiat Lahir
Maksiat
berasal dari bahasa arab,ma’siyah, artinya’’ pelanggaran oleh orang yang
berakal balig(mukallaf),karena melakukan perbuatan yang dilarang,dan
meninggalkan pekerjaan yang diwajibkan oleh syariat islam.[5]
Maksiat lahir dibagi menjadi 4
bagian yaitu;
·
Maksiat
lisan.
·
Maksiat
telinga.
·
Maksiat
mata.
·
Maksiat
tangan.
Maksiat lahir,karena dilakukan dengan menggunakan alat-alat lahiriah,akan
mengakibatkan kekacauan dalam masyarakat,dan tentu saja amat berbahaya bagi
keamanan dan ketentraman masyarakat.
2. Maksiat Batin.
Maksiat batin lebih berbahaya
dibandingakan dengan maksiat lahir,dan lebih sukar dihilangkan.selama maksiat
batin belum dilenyapkan,maksiat lahir tidak bisa dihindarkan dari manusia.
Maksiat batin berasal dari dalamhati manusia, atau digerakkan oleh tabiat
hati.Sedangkan hati memiliki sifat yang tidak tetap,
terbolak-balik,berubah-ubah,sesuai dengan keadaan atau sesuatu yang
mempengaruhinya.Hati terkadang baik,simpati,dan kasih saying,tetapi disaat
lainnya hati terkadang jahat,pendendam,syirik,dan sebagainya.
Beberapa contoh ppenyakit batin(akhlak tercela) adalah;
o Marah (ghadap).
o Dongkol (hiqd).
o Dengki (hasad).
o Sombong (takabbur).
Selain beberapa sifat tersebut,masi banyak sifat tercela lainnya.Menurut
A.Mustofa,terdapat 33 sifat mazmumah.[6] Dalam menetapkan sesuatu, diperlukan
sebuah ukuran agar terhindar dari perselisihan dan pertentangan.Persoalan
akhlak merupakan masalah pokok yang slalu relevan dalam setiap perkembangan
zaman.Oleh karenya,untuk menciptakan keseimbangan dalam penentuan baik dan
buruk di perlukan ukuran.Secara teoritis.