Sabtu, 26 September 2015

SYUKURAN

DENGAN PRESTASI KUATKAN KELEMBAGAAN PETANI


Keltan HIJRAH PERDANA di sela-sela Sykuran

Bersyukur adalah bahagian dari rasa terima kasih atas anugrah yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa kepada umatnya, begitu juga dengan kelompok Tani se Kecamatan Matur , atas prestasi yang diperoleh oleh BP4K2P Kecamatan Matur sebagai BPK Model terbaik dan Teladan nasional Tahun 2015 sehingga mengantarkan Kepala BP4K2P Kecamatan Matur ke Istana Negara bulan Agustus yang lalu , untuk itu Kelompok tani se Kecamatan Matur bersepakat dengan swadaya dan kebersamaan kelompo-kelompok tani se Kecamatan Matur melaksanakan kegiatan Syukuran dengan tema DENGAN PRESTASI KUATKAN KELEMBAGAAN PETANI KECAMATAN MATUR. dan acara ini dilaksanakan pada tanggal 19 September 2015

Kita menyadari dan memahami sepenuhnya, telah banyak program pemerintah, dan kegiatan-kegiatan pemberdayaan dan peningkatan ekonomi masyarakat selama ini melalui kelompok tani dengan jumlah dana yang tidak sedkit, namun menurut hemat kami sampaui saat ini belum lagi dapat merubah ekonomi masayarakat yang tergabung dalam kelompok tani secara signifikan dan memuaskan.
Makan Bersama persiapan syukuran

Disamping itu ,mencermati tantangan dunia global (ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)ASEAN Community mencakup akan kemudahan arus barang, arus modal, dan arus tenaga kerja sesama negara ASEAN. Akan terbuka peluang pelaku usaha negara ASEAN lainnya yang dapat beroperasi di Indonesia, demikian sebaliknya. Namun ada salah satu sektor ekonomi di Indonesia yang ternyata masih belum bisa dilihat secara pasti kesiapannya untuk menghadapi MEA ini, yakni pada bidang pertanian.

Demikian benang merah dari acara Seminar Nasional “Optimalisasi Potensi Sumberdaya Lokal Menghadapi MEA 2015”. Seminar nasional yang diselenggarakan atas kerjasama program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) Komda DIY ini, diselenggarakan pada Sabtu (23/5) di ruang sidang AR. Fachruddin A lantai 5 Kampus Terpadu UMY.

Dalam sambutannya, Prof. Dr. Ir. Masyhuri selaku ketua PERHEPI Komda DIY, memaparkan, tujuan di adakannya seminar ini adalah untuk melihat sejauh mana kesiapan masyarakat Indonesia dalam menghadapai Asean Community terutama dalam sektor pertanian. Jika dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya, sektor ekonomi Indonesia cukup kalah, terutama pada sektor pertanian. Contohnya saja di Hanoi, Vietnam, produktifitas pertanian di sana tiga kali lipat lebih maju dari pertanian di Indonesia. “Kemudian kalau kita mau melihat dan belajar dari tahun-tahun yang lalu, pada rentang tahun 2009 hingga 2012 saja, kontribusi produk pertanian Indonesia ke negara-negara ASEAN saja masih belum signifikan. Ekspor produk pertanian ke ASEAN selama 5 tahun terakhir ini belum menunjukkan perkembangan yang signifikan dibanding ekspor ke negara tujuan non ASEAN. Karena Indonesia masih terpusat pada dua negara ASEAN untuk dijadikan negara tujuan utama ekspor produk pertaniannya, yaitu Malaysia dan Singapura,” jelasnya.

Hal itulah yang kemudian menurut Prof. Masyhuri menjadi tugas bersama bagi pemerintah dan rakyat Indonesia. Ia juga mengingatkan jika MEA tersebut bisa menjadi peluang emas dan manfaat besar bagi perekonomian Indonesia, khususnya pertanian. Namun, peluang yang ditawarkan oleh MEA tersebut bisa pula tidak akan berarti apa-apa bagi negara dan rakyat Indonesia, jika tidak bisa dimanfaatkan dengan baik. “Ini adalah PR (pekerjaan rumah, red) yang besar untuk kita semua, untuk menyelesaikan permasalahan ini. Kita harapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih berkembang tinggi dengan adanya MEA ini. Jika kita tidak dapat memanfaatkannya, maka nantinya kita hanya dapat melihat negara lain makmur,” tuturnya.

Hal senada juga disampaikan Prof. Dr. Bambang Cipto, MA selaku rektor UMY. Menurutnya, potensi ekonomi Indonesia dari sektor pertanian masih belum dioptimalkan dengan baik, jika dibandingkan dengan negara di Asia lainnya. Karena itu, seharusnya dibutuhkan pengolahan pertanian yang baik. Sebab pertanian merupakan salah satu sektor yang dapat membantu perkembangan ekonomi Indonesia, jika dilihat dari luasnya lahan pertanian yang ada di Indonesia. “Sudah seharusnya sektor pertanian di Indonesia dikembangkan dan diolah dengan baik. Jaminan ekonomi Indonesia salah satunya ada di sektor pertanian, dan selain itu UKM (Usaha Kecil dan Menengah) merupakan lapisan ekonomi yang paling aman,” paparnya.

Dr. Ir. Bayu Krinamurthi, M.Si., Ketua PERHEPI Pusat pun membenarkan apa yang dikatakan Prof. Bambang Cipto. Menurutnya, diantara empat pilar MEA yakni Pasar Tunggal dan Basis Produksi, Kawasan Ekonomi yang Kompetitif, Pembangunan Ekonomi yang Setara, dan Integrasi ke dalam Ekonomi Global, yang masih harus perlu diperbaiki lagi adalah Pembangunan Ekonomi yang Setara. Dalam pilar ketiga MEA ini, sektor ekonomi terfokus pada pengembangan dan penguatan UKM dengan cara mengembangkan jejaring antar UKM untuk membangun jejaring produksi dan distribusi kawasan. Selain itu, melaksanakan praktik-praktik terbaik dalam pengembangan UKM, termasuk pendanaan.
“Sejauh ini, masyarakat Indonesia terlalu ditakuti bayang-bayang Asean Community. Namun tanpa disadari sebenarnya Asean Community, khususnya dalam bidang ekonomi sudah cukup lama kita lalui, tanpa harus menunggu akhir tahun 2015. Sekarang, yang seharusnya kita lakukan adalah memperbaiki ekonomi yang ada dan mengembangkannya, salah satu sektornya yaitu UKM dan pertanian, dan pastinya kita harus memanfaatkan keseluruhannya untuk mendapatkan yang kita inginkan,” jelasnya.

Sementara itu, Dr. Ir. Johnny Walker Situmorang, MS, selaku Peneliti Utama Kementrian KUKM RI (Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia) dalam materinya menyampaikan, terdapat 8 Mutual Recognition Arrangements (MRA) di bidang jasa yang telah disepakati dalam ASEAN, yaitu MRA on Engineering Services, Nursing Services, Architectural services, Tourism Profesional, Accountancy services, Medical Practitioners, dan Dental Practitioners. MRA merupakan kesepakatan yang diakui bersama oleh seluruh negara ASEAN untuk saling mengakui atau menerima beberapa atau semua aspek hasil penilaian tersebut. “MRA dipergunakan untuk memudahkan perpindahan tenaga profesional antara negara, khususnya dalam rangka integrasi pasar dengan tetap mempertahankan kekhususan masing-masing negara,” jelasnya
Dengan menyadari tantangan kedepan 

Atas dasar itulah Kelompok Tani se Kecamatan Matur sepakat untuk mengangkat acara syukuran dan diharakan sekaligus melakukan dialog dengan Pemerintah Daerah kabupaten Agam, namun walaupun dengan rasa agak kecewa Dialog Kelompok Tani dengan pemerintah Daerah tidak dapat dilakukan karena alasan waktu yang terbatas.

Namun Kita bersepakat bahwa kegiatan dan program penguatan Kelembagaan Kelompok Tani di kecamatan Matur harus tetap dilaksanakan.
(VH)